Tulisan ini akan membahas aspek psikologis pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manusia dilihat dari hasil pemikiran Sigmund Freud.Hari ini saya memutuskan untuk menggali aspek sisi psikologi manusia dalam pengambilan keputusan. Hal ini dimungkinkan setelah saya membaca satu buku yang cukup menarik tentang business, The Personal MBA. Sebenarnya buku ini lebih menekankan kepada pembaca, supaya memikirkan kembali keputusan untuk mengambil studi MBA. Atau dengan kata lain, buku yang menginformasikan supaya seseorang tidak perlu mengambil studi MBA yang berbiaya besar, melainkan cukup belajar sendiri, dan melakukan yang disarankan didalam buku.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang, merupakan hasil dari analisa yang dilakukan dalam pemikiran yang bersangkutan, terhadap situasi dan lingkungan yang dihadapkan kepadanya. Itulah setidaknya yang saya simpulkan saat memikirkan mengenai faktor pengambilan keputusan. Setelah membaca buku yang ada di rumah dan browsing di internet dan membaca beberapa artikel tentang psikologi manusia, saya ditemukan dengan pemikiran Sigmund Freud dalam tulisannya Teori Psychoanalytic. Freud mengkategorikan ada tiga tingkatan (atau model) pemikiran manusia. Conscious (sadar), pre-conscious(setengah sadar), dan Unconscious (tidak sadar).
Pemikiran dalam kondisi sadar (conscious) termasuk didalamnya semua hal yang kita alami (aktual). Merupakan aspek-aspek proses kesadaran yang dapat kita pikirkan dan kita bicarakan secara rasional. Yang termasuk didalamnya adalah lingkungan dimana kita berada, tempat duduk yang kita duduki, buku yang kita baca. Pemikiran setengah sadar (pre-conscious) mewakili perasaan atau pemikiran dimana seseorang tidak menyadarinya, tetapi dapat dengan mudah diingat atau dilakukan (dibawa ke level sadar). Pre-conscious ada sedikit dibawah level pemikiran sadar (conscious) dan sebelum pemikiran tidak sadar (un-conscious).
Contohnya adalah ingatan. Ketika seseorang tidak memikiran nomor telepon genggamnya, ketika diminta, dapat dengan mudah langsung mengingatnya dan memberikan nomor teleponnya dengan tepat. Pemikiran tidak sadar (unconscious) mewakili segala hal diluar pemikiran sadar, termasuk didalamnya perasaan, keinginan, dan ingatan. Kebanyakan isi dari pemikiran tidak sadar adalah kondisi yang tidak mengenakkan atau menyakitkan, seperti konflik, rasa lelah, sakit. Dalam pengambilan keputusan, Freud menyatakan bahwa pemikiran tidak sadar (unconscious mind) terus mempengaruhi perilaku dan peristiwa yang dialami seseorang, meskipun seseorang itu tidak menyadari pengaruh-pengaruh ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemikiran tidak sadar (unconscious mind) seseorang dapat lebih cepat mengoleksi informasi dibandingkan pemikiran sadarnya.
Pemikiran tidak sadar juga dapat menyaring dalam jumlah yang cukup besar informasi-informasi dan dapat menggunakan informasi ini untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Salah satu contoh penelitian mengenai proporsi pemikiran tidak sadar (unconscious mind) dan kontribusinya dalam pengambilan keputusan dilakukan oleh Ap Dijksterhuis. Ap Dijksterhuis melakukan tiga pengujian yang melibatkan pemilihan atau pengevaluasian alternatif-alternatif yang berbeda yang didasarkan pada nilai-nilai positif atau negatif yang dikenakan kepada alternatif-alternatif tersebut. Para partisipan dibagi dalam tiga kelompok dan setiap kelompok diinjinkan untuk memberikan keputusan tentang alternatif dalam cara yang berbeda. Kelompok pertama diminta untuk memberikan keputusan melalui evaluasi yang singkat, grup kedua diminta memberikan keputusan dengan evaluasi setelah memikirkan dengan sadar (consciously) setiap pertimbangan yang ada, dan kelompok ketiga diminta untuk memberikan keputusan setelah selang waktu tertentu dimana pada saat yang bersamaan, mereka diberikan tugas yang lain, yang memenuhi pemikiran tidak sadar mereka. Dibuktikan bahwa secara keseluruhan, dari ketiga pengujian yang diberikan, kelompok ketiga memberikan keputusan yang tepat dan memilih alternatif-alternatif dengan nilai-nilai positif lebih sering dibandingkan kedua kelompok yang lainnya.
Yang menarik adalah, masih dalam kerangka pemikiran Freud, sistematika tingkat pemikiran manusia ini (conscious, pre-conscious, unconscious), dipengaruhi oleh tiga elemen kepribadian Freud, yaitu Id, ego, dan super ego. Id adalah komponen kepribadian yang menjadi satu-satunya hadir sejak lahir. Terdiri dari insting seks (hidup), eros (libido), dan insting keagresifan (Thanatos). Id seringkali impulsif (dan tidak sadar). Id menghendak kepuasan secepatnya, ketika terpuaskan, maka kita mengalami pengalaman yang menyenangkan, senangkan ketika tidak puas, kita mengalami ketidaknyamanan atau kepahitan. Id tidak dipengaruhi oleh realitas, logika atau kehidupan sehari-hari. Id adalah kepribadian anak yang baru lahir, yang kemudian akan berkembang menjadi ego dan super ego. Id sepenuhnya dipengaruhi oleh unconscious mind. Ego adalah bagian id yang telah dimodifikasi oleh pengaruh langsung dunia luar. Ego berkembang untuk menghubungan Id dan dunia nyata (SuperEgo). Seperti halnya Id, Ego mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit. Tetapi perbedaannya adalah, tidak seperti Id, Ego lebih peduli terhadap realitas dalam mencapai kesenangan (kepuasan). Freud memberikan analogy Id sebagai kuda, dan Ego sebagai penunggangnya. Ego tidak memiliki konsep benar atau salah, sesuatu hal adalah baik semata-mata jika hal tersebut memenhui kepuasan dan tidak memberikan rasa sakit kepada seseorang atau kepada Id. Ego dipengaruhi oleh conscious, pre-conscious, dan unconscious mind. Superego mewakili nilai dan moral kemasyarakatan yang dipelajari dari orangtua dan orang lain. Superego berkembang pada usia 4-5 tahun selama periode perkembangan psikoseksual. Proporsi Id, Ego, dan Super Ego dalam conscious, pre-Conscious, dan unconscious dapat dilihat dalam gambar di tulisan ini. Kesimpulan yang diperoleh dari pembelajaran ini adalah, berdasarkan pemikiran Freud, pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang, justru dipengaruhi oleh pemikiran tidak sadar (unconscious mind) dan pemikiran setengah sadar (pre-conscious mind). Dalam tulisannya, Freud membobotkan persentase masing-masing pemikiran ini sebagai 30-40% (unconscious mind) dan 50-60% (subconscious mind), sedangan conscious mind hanya memberikan porsi 10% dari pengambilan keputusan. Adalah penting untuk diingat bahwa, tingkatan tiga pemikiran yang didefinisikan oleh Freud, secara eksplisit, memberikan keterhubungan terhadap tiga karakter manusia, Id, Ego, dan Superego dimana Id, Ego, dan Superego sendiri merupakan karakter yang terbentuk dari sejak lahir, pengalaman masa kecil, dan respon terhadap lingkungannya. Akhirnya, pembelanjaran akan pemikiran Freud mengartikan bahwa, keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh seseorang tidak terlepas dari pengalaman masa lalunya, keluarganya, lingkungannya, terutama pengalaman hidup yang dialami oleh yang bersangkutan. Adalah tidak bijak, jika penilaian pengambilan keputusan hanya didasarkan pada tindakan/pernyataan yang dihasilkan oleh seseorang, tanpa melihat latar belakang seperti yang disebutkan diatas.
http://dijksterhuis.socialpsychology.org/Implikasi yang lebih luas dari pemikiran Freud ini dapat digunakan untuk memvalidasi keputusan-keputusan ataupun tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para pejabat publik di Indonesia. Saya yakin, jika melihat pada pemikiran Freud, kondisi (baik kekonyolan, kebaikan, kejahatan) para pejabat di Indonesia saat ini, dapat dilihat dari masa lalunya, orang tuanya, atau bahkan nenek moyangnya, dimana dia sempat hidup atau terpapar masa-masa itu. Contohnya, tindakan korupsi. Mungkin kalau ditelusuri, pelaku secara tidak sadar melakukan korupsi karena dulunya pernah merasakan penjahahan, atau penindasan, atau keterbelakangan ekonomi dikeluarganya. Meskipun demikian, pemikiran Freud ini perlu divalidasi lagi dengan cara yang lebih saintifik dengan metode-metode ilmiah.
http://en.wikipedia.org/wiki/Unconscious_cognition
http://www.mindset-habits.com/conscious-subconscious-unconscious-mind/
http://theemergencesite.com/Theory/Consciousness-Subconsciousness-2.htm
http://www.richardgregory.org/papers/percep_filling/perceptual-filling-scotomas.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Freudian_slips
http://www.simplypsychology.org/psyche.html
akhirnya menemukan keterkaitan antara id ego superego dan decision making ! Thank you so much!
ReplyDelete