Apakah Indonesia sudah siap untuk menyambut harga minyak domestik mengikuti fluktuasi harga minyak dunia?

Kebijakan pemerintahan Jokowi kedepannya, dalam hal penentuan harga minyak di Indonesia, akan mengarah kepada fluktuasi harga minyak dunia. Fluktuasi ini sendiri bisa terjadi dalam hitungan bulan, atau tahun, yang berarti pemerintah setiap bulannya atau setiap tahunnya, akan menurunkan atau menaikkan harga minyak di Indonesia, sesuai harga minyak dunia. 


Pertanyaan terbesar adalah: Apakah Indonesia (regulasi, dan masyarakatnya) sudah siap untuk menghadapi kebijakan ini?


Berdasarkan beberapa artikel ilmiah yang saya baca seperti terlihat dibawah ini, kesimpulan yang bisa saya ambil adalah, Indonesia belum siap. Ketidaksiapan ini tercermin dari kondisi yang ada di Indonesia saat ini. Regulasi untuk mendukung kebijakan pemerintah yang menyerahkan harga minyak di Indonesia untuk mengikuti harga minyak dunia, masih belum melingkupi keseluruhan dampak yang akan terjadi dengan kebijakan tersebut. Pengurangan atau peniadaan subsidi, dan mengalihkannya ke kesehatan dan pendidikan, ternyata bukan satu-satunya faktor yang harus diperhatikan. Ada dampak terhadap kelistrikan, transportasi, sandang, dan papan, yang pada akhirnya, tujuan pemerintahan seperti tertuang pada UUD 1945 (mensejahterakan kehidupan masyarakat Indonesia), tidak akan tercapai, melainkan justru memperburuk keadaan perekonomian Indonesia, terutama masyarakat miskin.



Ketika suatu pemerintahan memutuskan untuk beralih pada harga minyak dunia, untuk penjual minyak di negaranya, pemerintahan tersebut harus menjamin bahwa ketika terjadi kenaikan harga minyak, masyarakatnya tidak atau sedikit mengalami keguncangan ekonomi dan sosial. Diberbagai artikel dijelaskan, kenaikan harga minyak akan selalu menimbulkan dampak negatif kepada perekonomian masyarakat, sedangkan penurunan harga minyak sendiri TIDAK AKAN MENIMBULKAN DAMPAK APAPUN terhadap masyarakat itu sendiri (karena "keuntungan" yang diperoleh saat menurunkan harga minyak di masyarakat telah ter"offset" oleh biaya-biaya tambahan yang telah dikeluarkan saat harga minyak dinaikkan).


Keputusan merubah harga minyak berdasarkan harga minyak dunia, akan menyebabkan "kejutan" politik, sosial, ekonomi,dan perilaku kehidupan masyarakat Indonesia jika pemerintah tidak mengelola dengan baik gejolak kenaikan harga yang terjadi di beberapa sektor sbb:1. Transportasi darat (sektor yang paling merasakan dampak negatif terhadap kenaikan harga minyak)2. Suplai listrik, gas, dan air. Transportasi udara4. Produksi bahan-bahan kimia5. Transportasi air


Sebelum mengeluarkan kebijakan melepas harga minyak domestik mengikuti harga minyak dunia, pemerintah harus segera mengeluarkan langkah-langkah atau kebijakan untuk bisa mengendalikan ke lima sektor diatas agar dampak negatif yang terjadi akibat kenaikan harga minyak domestik (yang bisa terjadi setiap bulannya, jika pemerintah memutuskan mengikuti harga minyak dunia), tidak menyebabkan bencana ekonomi bagi masyarakat.Pemerintah juga harus mengeluarkan road map atau langkah-langkah terjadwal untuk menaikkan atau menurunkan harga minyak domestik dan tidak melakukannya se-enak perutnya saja. Pemerintah harus melakukan excercise nilai setiap periodenya, untuk mengetahui kapan sebaikanya harga minyak domestik dinaikkan atau diturunkan.Pemerintah juga harus mengeluarkan regulasi yang memutuskan untuk mengalihkan subsidi ke lima sektor tersebut diatas, sedemikian, sehingga saat terjadi perubahan harga minyak domestik, perubahan nilai (harga) sebagai produk ke lima produk diatas, saat sampai di masyarakat, tidak membebani perekonomian masyarakat itu sendiri (atau perubahan nilai itu tidak begitu tinggi atau tidak begitu rendah, dan "tidak terasa" oleh masyarakat).


Demikian pemikiran dari saya akan langkah yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah ke depannya, sebelum memutuskan untuk mengambil kebijakan mengikuti harga minyak domestik sesuai dengan harga minyak dunia.


Referensi:
1. Studi terhadap dampak perubahan harga minyak domestik terhadap biaya hidup masyarakat

2.  Studi terhadap dampak perubahan harga minyak domestik terhadap biaya hidup masyarakat, di dunia:



Paradoks Kebijakan

Tulisan kali ini akan menguak sebagian paradoks (pertentangan) yang tanpa disadari sering dialami suatu negara, korporasi, organisasi, hingga masyarakat yang terlibat didalamnya.Ketika kita melihat suatu kebijakan dengan memakai "kata maca kuda", kita hampir selalu pasti melewatkan sisi pertentangan yang akan timbul dari kebijakan itu sendiri. Saya sering melihat bahwa, sebenarnya, kebijakan yang dibuat pada suatu negara, korporasi, organisasi dalam kurun waktu tertentu (cepat atau lama) memberikan dampak sebaliknya dari tujuan awal dibuatnya kebijakan itu sendiri, meskipun dampak yang dihasilkan itu terjadi di sisi lain dalam kehidupan bernegara, perusahaan, dan masyarakat.


Tulisan ini dipaparkan sesuai pemahaman/analisa saya, berdasarkan kondisi aktual yang terjadi, yang saya lihat, baca, dan pahami, tanpa adanya penelitian secara mendetail dari sisi ilmiah (biarkanlah para kandidat doktor, magister, yang melakukannya... hehehe)


1. Kesehatan masyarakat dalam angka harapan hidup di suatu negara.
Kebijakan:
Semua negara di dunia ini berlomba-lomba mengkampanyekan perlunya hidup sehat yang bertujuan untuk meningkatkan angka harapan hidup masyarakatnya. Melalui peningkatan angka harapan hidup, akan memampukan suatu negara secara efektif memaksimalkan sumberdaya manusianya untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Peningkatan angka harapan hidup ini dilihat dari sisi ekonomi suatu negara, akan mengurangi beban belanja negara untuk sektor kesehatan, dimulai dari belanja negara akan biaya-biaya terkait produksi obat-obatan (generik-red), penelitian, fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas), biaya tenaga kerja kesehatan...dan masih banyak lagi biaya terkait yang bisa diminimalisasi dengan semakin tingginya angka harapan hidup di suatu negara.
Paradoks:
Dengan semakin tingginya angka harapan hidup, berarti memampukan masyarakat untuk terus beraktifitas/bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contohnya negara Eropa, angka harapan hidup di negara-negara Eropa mencapai 76 tahun. Dinegara-negara ini, usia pensiun mencapai 60 s.d. 75an tahun, bahkan ada yang mencapai usia 80 tahun, untuk semua tingkatan pendidikan (ini untuk pekerja, bukan untuk pengusaha. Pengusaha bisa dianggap pensiun kalau ybs memutuskan untuk pensiun).Di Indonesia, angka harapan hidup 56 tahun. Usia pensiun di Indonesia adalah 55 tahun (sarjana), 60 tahun (magister), dan bisa mencapai 70 tahun jika seseorang adalah guru besar (professor) di suatu universitas.Di eropa, adalah kewajiban untuk bekerja sampai usia tersebut diatas (kecuali meminta pensiun dini, yang berarti ybs akan sulit memenuhi kebutuhan hidupnya), sama seperti di Indonesia, kewajiban bekerja adalah sampai usia tersebut diatas. Bisa dibayangkan, bagi sebagian orang, bekerja di hari tua adalah hal yang paling memberatkan dilakukan, apalagi di Indonesia. Siapa yang mau menghabiskan hidupnya sampai tua hanya untuk bekerja? Anda mau bekerja sampai tua? Practically, jika adapun disediakan jamsostek, yang diberikan setelah pensiun, apakah menurut anda, masih bisa menikmati jamsostek itu? Kemungkinan anda meninggal sebelum menikmati jaminan tsb adalah tinggi di negara-negara eropa.Disisi korporasi, kondisi diatas dapat memberikan kontribusi penghematan terhadap anggaran pensiun pekerjanya. Tetapi dilain sisi, meningkatkan biaya jaminan kesehatan pekerjanya, bisa dibayangkan jika sebagian besar pekerja adalah manula (dgn usia tsb diatas) masih bekerja, kemungkinan terserang penyakit akan semakin tinggi, yang disebabkan penurunan kemampuan tubuh dalam menangkal serangan penyakit (cthnya: flu).Disisi kehidupan bernegara, coba lihat Jepang. Dengan kondisi angkatan kerjanya yang mencapai usia manula saat ini, Jepang di 20 tahun yang akan datang akan mengalami kesulitan untuk memenuhi pangsa tenaga kerjanya, disebabkan rendahnya angkatan kerja muda (yang kebanyakan berasal dari rendahnya angka kelahiran di Jepang). Amerika, Perancis, Jerman, mengalami kesulitan dalam menurunkan angka pengangguran, karena sedikitnya lapangan kerja yang tersedia (posisi/pekerjaan kebanyakan masih diisi angkatan tua di negara-negara tersebut).

Jadi, posisi mana sebenarnya yang paling menguntungkan untuk kebijakan ini?

2. Inflasi/deflasi
Kebijakan:
Kita sering dihadapkan pada berita bahwasanya Rupiah mengalami inflasi, tertekan terhadap US dollar, yang menyebabkan kenaikan harga barang-barang dipasar. Tetapi disi lain sebenarnya inflasi (ataupun deflasi) memiliki kelebihan dan kekurangan, jika dimanage dengan baik.Indonesia lebih sering terdengar menjaga nilai mata uangnya supaya tidak mengalami inflasi yang lebih rendah lagi, sehingga dapat menjaga kestabilan harga barang dipasar, pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, dan peningkatan taraf hidup masyarakat yang semakin baik. Sering sekali BI melepas dollar ke pasar sebagai tindakan instant untuk menjaga kestabilan nilai rupiah, atau dengan membeli kembali obligasi negara.
Paradoks:
Deflasi, Jepang selama kurun waktu 15 tahun mata uangnya belum pernah mengalami gejolak yang cukup tinggi, yang dapat menyebabkan turunya nilai mata uang Yen. Jepang bahkan mengalami deflasi atas mata uangnya. Tetapi karena hal ini, sekarang Jepang kesulitan untuk menjual produk-produknya ke negara lain, belum lagi tenaga kerjanya yang membutuhkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara di Asia.Negara RRC dengan renmimbi-nya, memiliki nilai mata uang yang cukup rendah dibandingkan Amerika, Jepang, dan negara-negara eropa lainnya. Dillihat dari sisi ekonominya, RRC memiliki keuntungan yang signifikan jika negara tsb meng-ekspor produk, tenaga kerja, ke luarnegeri. Penjualan yang masif atas produk dan tenaga kerja Cina, dengan nilai produksi yang rendah di negara itu, membuat Cina menjadi negara pengekspor terbesar untuk produk-produk IT, retail, mesin, yang membuat Amerika dan negara-negara Eropa tergerus pangsa pasarnya di dunia. Cina juga mengimpor tenaga kerja dan barang, tetapi volume ekspor Cina melebihi nilai impornya, sehingga neraca perdagangan Cina mengalami surplus dalam pelaporan keuangannya, dan seiring dengan itu meningkatkan pertumbuhan ekonominya.Inflasi, sangat menguntungkan bagi negara, korporasi yang mengekspor produk/tenaga kerja.Deflasi, sangat menguntungkan bagi negara, korporasi yang mengimpor produk/tenaga kerja.

Indonesia, berada di negara mana?

3. Angkatan bersenjata.
Kebijakan:
Kebanyakan negara mengambil kebijakan untuk memperkuat angkatan bersenjatanya, dalam misi "tujuan damai". Setiap negara berlomba-lomba membeli peralatan tempur, persenjataan, pesawat tempur, kapal perang, sampai pengembangan senjata mutakhir yang bisa efektif dan efisien melumpuhkan negara lawan.
Paradoksnya:
Semakin besar dan canggih angkatan bersenjata suatu negara, semakin banyak terlibat dalam peperangan dan semakin banyak berbuat tindakan yang mengancam keamanan suatu wilayah. Banyak contohnya bukan?

4. Pendidikan tinggi
Kebijakan:
Pemahaman terdahulu dan masa kini, dengan pendidikan tinggi, seseorang akan mendapatkan pengetahuan lebih luas akan bidang yang digelutinya (dipelajarinya), sehingga dapat bersaing secara leluasa.
Paradoks:
Semakin tinggi pendidikan, maka semakin terfokus pada satu bidang yang diteliti/dipelajari/dipahami. Memang pengetahuan akan semakin luas, tetapi pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang secara khusus tertuju hanya pada yang dipelajar. Seorang sarjana elektro, yang mengambil S2 di teknik energi, dan s3 di power study, akan memiliki pengetahuan luas tentang keteknikan tenaga listrik, tapi tidak mungkin memahami lebih luas tentang ekonomi yang dipelajarinya sewaktu SMU.

Sigmund Freud: Pengambilan keputusan berdasarkan pemikiran Freud

Tulisan ini akan membahas aspek psikologis pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manusia dilihat dari hasil pemikiran Sigmund Freud.
Hari ini saya memutuskan untuk menggali aspek sisi psikologi manusia dalam pengambilan keputusan. Hal ini dimungkinkan setelah saya membaca satu buku yang cukup menarik tentang business, The Personal MBA. Sebenarnya buku ini lebih menekankan kepada pembaca, supaya memikirkan kembali keputusan untuk mengambil studi MBA. Atau dengan kata lain, buku yang menginformasikan supaya seseorang tidak perlu mengambil studi MBA yang berbiaya besar, melainkan cukup belajar sendiri, dan melakukan yang disarankan didalam buku.

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang, merupakan hasil dari analisa yang dilakukan dalam pemikiran yang bersangkutan, terhadap situasi dan lingkungan yang dihadapkan kepadanya. Itulah setidaknya yang saya simpulkan saat memikirkan mengenai faktor pengambilan keputusan. Setelah membaca buku yang ada di rumah dan browsing di internet dan membaca beberapa artikel tentang psikologi manusia, saya ditemukan dengan pemikiran Sigmund Freud dalam tulisannya Teori Psychoanalytic. Freud mengkategorikan ada tiga tingkatan (atau model) pemikiran manusia. Conscious (sadar), pre-conscious(setengah sadar), dan Unconscious (tidak sadar).

Pemikiran dalam kondisi sadar (conscious) termasuk didalamnya semua hal yang kita alami (aktual). Merupakan aspek-aspek proses kesadaran yang dapat kita pikirkan dan kita bicarakan secara rasional. Yang termasuk didalamnya adalah lingkungan dimana kita berada, tempat duduk yang kita duduki, buku yang kita baca. Pemikiran setengah sadar (pre-conscious) mewakili perasaan atau pemikiran dimana seseorang tidak menyadarinya, tetapi dapat dengan mudah diingat atau dilakukan (dibawa ke level sadar). Pre-conscious ada sedikit dibawah level pemikiran sadar (conscious) dan sebelum pemikiran tidak sadar (un-conscious).

Contohnya adalah ingatan. Ketika seseorang tidak memikiran nomor telepon genggamnya, ketika diminta, dapat dengan mudah langsung mengingatnya dan memberikan nomor teleponnya dengan tepat. Pemikiran tidak sadar (unconscious) mewakili segala hal diluar pemikiran sadar, termasuk didalamnya perasaan, keinginan, dan ingatan. Kebanyakan isi dari pemikiran tidak sadar adalah kondisi yang tidak mengenakkan atau menyakitkan, seperti konflik, rasa lelah, sakit. Dalam pengambilan keputusan, Freud menyatakan bahwa pemikiran tidak sadar (unconscious mind) terus mempengaruhi perilaku dan peristiwa yang dialami seseorang, meskipun seseorang itu tidak menyadari pengaruh-pengaruh ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemikiran tidak sadar (unconscious mind) seseorang dapat lebih cepat mengoleksi informasi dibandingkan pemikiran sadarnya.

Pemikiran tidak sadar juga dapat menyaring dalam jumlah yang cukup besar informasi-informasi dan dapat menggunakan informasi ini untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Salah satu contoh penelitian mengenai proporsi pemikiran tidak sadar (unconscious mind) dan kontribusinya dalam pengambilan keputusan dilakukan oleh Ap Dijksterhuis. Ap Dijksterhuis melakukan tiga pengujian yang melibatkan pemilihan atau pengevaluasian alternatif-alternatif yang berbeda yang didasarkan pada nilai-nilai positif atau negatif yang dikenakan kepada alternatif-alternatif tersebut. Para partisipan dibagi dalam tiga kelompok dan setiap kelompok diinjinkan untuk memberikan keputusan tentang alternatif dalam cara yang berbeda. Kelompok pertama diminta untuk memberikan keputusan melalui evaluasi yang singkat, grup kedua diminta memberikan keputusan dengan evaluasi setelah memikirkan dengan sadar (consciously) setiap pertimbangan yang ada, dan kelompok ketiga diminta untuk memberikan keputusan setelah selang waktu tertentu dimana pada saat yang bersamaan, mereka diberikan tugas yang lain, yang memenuhi pemikiran tidak sadar mereka. Dibuktikan bahwa secara keseluruhan, dari ketiga pengujian yang diberikan, kelompok ketiga memberikan keputusan yang tepat dan memilih alternatif-alternatif dengan nilai-nilai positif lebih sering dibandingkan kedua kelompok yang lainnya.

Yang menarik adalah, masih dalam kerangka pemikiran Freud, sistematika tingkat pemikiran manusia ini (conscious, pre-conscious, unconscious), dipengaruhi oleh tiga elemen kepribadian Freud, yaitu Id, ego, dan super ego. Id adalah komponen kepribadian yang menjadi satu-satunya hadir sejak lahir. Terdiri dari insting seks (hidup), eros (libido), dan insting keagresifan (Thanatos). Id seringkali impulsif (dan tidak sadar). Id menghendak kepuasan secepatnya, ketika terpuaskan, maka kita mengalami pengalaman yang menyenangkan, senangkan ketika tidak puas, kita mengalami ketidaknyamanan atau kepahitan. Id tidak dipengaruhi oleh realitas, logika atau kehidupan sehari-hari. Id adalah kepribadian anak yang baru lahir, yang kemudian akan berkembang menjadi ego dan super ego. Id sepenuhnya dipengaruhi oleh unconscious mind. Ego adalah bagian id yang telah dimodifikasi oleh pengaruh langsung dunia luar. Ego berkembang untuk menghubungan Id dan dunia nyata (SuperEgo). Seperti halnya Id, Ego mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit. Tetapi perbedaannya adalah, tidak seperti Id, Ego lebih peduli terhadap realitas dalam mencapai kesenangan (kepuasan). Freud memberikan analogy Id sebagai kuda, dan Ego sebagai penunggangnya. Ego tidak memiliki konsep benar atau salah, sesuatu hal adalah baik semata-mata jika hal tersebut memenhui kepuasan dan tidak memberikan rasa sakit kepada seseorang atau kepada Id. Ego dipengaruhi oleh conscious, pre-conscious, dan unconscious mind. Superego mewakili nilai dan moral kemasyarakatan yang dipelajari dari orangtua dan orang lain. Superego berkembang pada usia 4-5 tahun selama periode perkembangan psikoseksual. Proporsi Id, Ego, dan Super Ego dalam conscious, pre-Conscious, dan unconscious dapat dilihat dalam gambar di tulisan ini. Kesimpulan yang diperoleh dari pembelajaran ini adalah, berdasarkan pemikiran Freud, pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang, justru dipengaruhi oleh pemikiran tidak sadar (unconscious mind) dan pemikiran setengah sadar (pre-conscious mind). Dalam tulisannya, Freud membobotkan persentase masing-masing pemikiran ini sebagai 30-40% (unconscious mind) dan 50-60% (subconscious mind), sedangan conscious mind hanya memberikan porsi 10% dari pengambilan keputusan. Adalah penting untuk diingat bahwa, tingkatan tiga pemikiran yang didefinisikan oleh Freud, secara eksplisit, memberikan keterhubungan terhadap tiga karakter manusia, Id, Ego, dan Superego dimana Id, Ego, dan Superego sendiri merupakan karakter yang terbentuk dari sejak lahir, pengalaman masa kecil, dan respon terhadap lingkungannya. Akhirnya, pembelanjaran akan pemikiran Freud mengartikan bahwa, keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh seseorang tidak terlepas dari pengalaman masa lalunya, keluarganya, lingkungannya, terutama pengalaman hidup yang dialami oleh yang bersangkutan. Adalah tidak bijak, jika penilaian pengambilan keputusan hanya didasarkan pada tindakan/pernyataan yang dihasilkan oleh seseorang, tanpa melihat latar belakang seperti yang disebutkan diatas.

Implikasi yang lebih luas dari pemikiran Freud ini dapat digunakan untuk memvalidasi keputusan-keputusan ataupun tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para pejabat publik di Indonesia. Saya yakin, jika melihat pada pemikiran Freud, kondisi (baik kekonyolan, kebaikan, kejahatan) para pejabat di Indonesia saat ini, dapat dilihat dari masa lalunya, orang tuanya, atau bahkan nenek moyangnya, dimana dia sempat hidup atau terpapar masa-masa itu. Contohnya, tindakan korupsi. Mungkin kalau ditelusuri, pelaku secara tidak sadar melakukan korupsi karena dulunya pernah merasakan penjahahan, atau penindasan, atau keterbelakangan ekonomi dikeluarganya. Meskipun demikian, pemikiran Freud ini perlu divalidasi lagi dengan cara yang lebih saintifik dengan metode-metode ilmiah.

http://dijksterhuis.socialpsychology.org/
http://en.wikipedia.org/wiki/Unconscious_cognition
http://www.mindset-habits.com/conscious-subconscious-unconscious-mind/
http://theemergencesite.com/Theory/Consciousness-Subconsciousness-2.htm
http://www.richardgregory.org/papers/percep_filling/perceptual-filling-scotomas.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Freudian_slips
http://www.simplypsychology.org/psyche.html

Business Strategies in Operational Policies Towards Change of Corporate Ownerships

(July, 16th, 2010. 0:42AM)
After several months being so busy with my daily activities, finally I can spent my time tonight or you can say, this early morning to write down again some thoughts which keep circling in my head for a topic which being a cynosure, at least for me, conditioned in the company which I work with. To cut short this chit chat, hope you enjoy the notes..oh..before I forgot, this note will be mainly discuss about corporate financial strategies.

Corporate decisions to sell its ownerships of a business unit are based on several factors, few of it would be:
1. Need for a Cash, or Money. This condition could be as the results of:
- Business expansion. A corporation that would like to expand it business, such as its productions unit, its business subsidiary, anything related to the planning to achieve growth of the company. All of these plans will need a quite amount of money to provided. Hence no other choice to sell!
- Business goes bad. Such as increasing debts, liabilities, failed products which lead to huge penalties by the clients, or even client who got bankruptcy which lead to inability to pay for the products its ordered - this is a very bad condition for a company who laid his business using money lend from a bank
2. Downturn of business activities.
- In contrary with expansion, are downturn of the corporate business activities. These could be means of many things. Loss of markets, loss of shares values, loss of product sales due in time,etc
- Political, security, economical, uncertainty of regulated law in which create an environment which
lead to a condition where the company can not perform it business activities.

Now, we have analyze several factors which affects the decisions of a corporate to sell its ownership of a business unit. We shall go through to several factors affecting the reasons of why a corporate wants to buy a business unit. These could be:
1. Expansion of area of business activities. It is a common practice performed by a corporate to be able to sustain its growth. A company shall be able to foster a promising market that can give profits as the returns, even though the market itself was not the core business for the corporate.
Certainly, prior to perform this step, the corporate should already considered whether they are able to run it by considering its resources (e.g. technology, human resources,  funds, organizations,expertise, etc) and also the surrounding environment they faced (e.g.economic, politics, societies, regulated law, etc).
2. To secure the business activities. In business there's a word "If you can't fight them, buy them"...no..no this is just my word..Well, anyway, its also a common practice in business to buy your potential competitor. One's who performing this will be able to secure its activities in the market, since it will rarely have competitor.

Whether selling or buying a business unit, as long as it involves change of corporate ownerships (business ownership), it will impacts to the business strategies aftermath. To be inline with the title and not to broaden the analyze, I will focus on the corporate operational policies affected by the change of ownership.

Every corporation should be focus on its financial performance, no doubt on that. But what are the derivative for the financial performance in terms of corporate operational policies? Is it Assets, liabilities, or another factors?? Well, I can say another two: cash flow and sales.
A corporate which relay on one of the two shall have a quite different policies running its operational business activities.

CASH FLOW DRIVEN
The cash flow oriented corporation shall be laying its foundation in return driven strategy which challenge the management to understand the nature of cash flow information and its component of valuation as well as the myriad strategic decisions that lead to valuation (Strategic decisions and cash flow, by Frigo, Mark L, Graziano, Ron). Considering the recently financial crisis which happen in most of the European and US countries, there are still risk to the business that can't be ignored, to named a view:
- A potential upturn in inflation, with higher interest rates
- Under forming pension assets
- Sluggish or declining revenues in a prolonged period of sub par economic growth
- Deteriorating credit quality of buyers and suppliers.
Any of these risks could threaten the corporation's ability to fund necessary expenses such as debt service and pension obligations, or to pay dividends. And no one is betting that financial volatility won't come back with a vengeance, wreaking havoc on company which oriented in cash flows.
Here's below what the corporate shall be performing to secure its operational activities:
- Securing positive cash flow. To be able to perform so, the corporate shall starting to define - firstly - identified the state of it cash. If we considering a corporate with core business in product or service, it will start to identified which product or service has an out of positive cash flow performance, down tothe outstanding payment, and than analyze on its cash flow planning for further operational.
- Strictly avoid loans from banks. These need to be performed, based on risks above, due to uncertain  inflation and interest rates (especially in European country and US) due to the economic subdued of the economic growth.
For private company, it is also much harder to get loans from the bank, why, because some of the reasons could be poor financial performance report, difficult administration, etc.
- More preference on projects that forecast-ed to give a positive cash flow performance during the executions. This need to be performed to avoid impacts of negative cash flow by a projects which can affects another projects that already in a good financial performance.
- Policies in the corporate itself that can sustain a good cash. Sorry, for this point analyze, I keep it for myself.

The point is that, everybody that involve in this type of operation oriented shall be more professionally manage not only their cash, but also their planning, forecasting, performance, and attitude towards the goals of corporate objectives.

SALES DRIVEN
It is not so much difference than the cash flow driven corporation. The difference is only the focus of the goals/plan of the operational working order of the business and the type of company that sales driven is STATE COMPANY.A sale is the pinnacle activity involved in the selling products or services in return for money or other compensation. It is an act of completion of a commercial activity (http://en.wikipedia.org/wiki/Sales).

The seller - the provider of the goods or services - completes a sale in response to an acquisition or to an appropriation or to a request. There follows the passing of title (property or ownership) in the item, and the application and due settlement of a price, the obligation for which arises due to the seller's requirement to pass ownership. Ideally, a seller agrees upon a price at which he willingly parts with ownership of or any claim upon the item. The purchaser, though a party to the sale, does not execute the sale, only the seller does that. To be precise the sale completes prior to the payment and gives rise to the obligation of payment. If the seller completes the first two above stages (consent and passing ownership) of the sale prior to settlement of the price, the sale remains valid and gives rise to an obligation to pay.

Easy words is: in sales driven corporation, cash reach after products delivered! Of course, it will keep involving cash. But in this sales driven, delay in payment will not so much affecting the operation performance due to the company still able to manage the operational cost using its own financing cash. The questions is why they able to do so? As previously inform, the sales driven company usually practiced by state company, which means it can easily get loan from bank with lower rate and easy administration, and also it is guarantee by the state. In case the company fell suffer about cash, state will be able to injects some cash for its operation cost, which payed with lower rate after the company able to perform its operation.

I hope my notes can give some point of view about what is or what should be improve in oneself to be able to compete with the more challenging and professional working environment faced.
Anyway, this notes planned to be a non profit oriented abstract, which can be seen later on.

Obrolan warung kopi si butet - What kind of animal is AFTA and FTA??

Karena mungkin kita sudah capai dengan kasus KPK-POLRI, ANTASARI, Bank Century, yang sepertinya tak zelas arahnya kemana, lebih baik kita buka obrolan baru lagi yang sepertinya terlewatkan karena kakus-kakus eh kasus-kasus diatas...BTW, sepertinya tulisan saya "MIND DECEPTION" terbukti juga untuk kasus-kasus itu...hmmm....

Oklah, itulah itu..yang terlewatkan yang saya maksudkan adalah mengenai FTA China - ASEAN. Pemerintah (diwakili Menko Kesra, www.tribun-timur.com, 03-01-10) khawatir AFTA akan ganggu perdangan domestik. Apabila kita membaca berita yang disebutkan disitus tersebut, Menko Kesra berharap jika AFTA yang diterapkan bisa "DITUNDA" karena bisa "MENGANCAM"....

Kompas.com, 3 Januari 2010: Mulai 1 Januari 2010, kawasan perdagangan bebas antara China-ASEAN (Free Trade Area/FTA) mulai berlaku. Jadi yang ditakutkan MENKO KESRA -pemerintah,red- kita sebenarnya AFTA atau FTA???

Untuk mengetahui sejarah diprakarsainya AFTA dapat dilihat lengkap di http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA. Secara garis besarnya, AFTA diberlakukan untuk menuju masyarakat ekonomi asean (Asean Economic Community-AEC)-seperti masyarakat ekonomi eropa. Pada awalnya AFTA ini hanya melibatkan negara-negara ASEAN (Brunei,Indonesia,Malaysia,Singapura,Philipina,dan Thailand dimulai 2010, dan Kamboja,Laos, Myanmar,Vietnam pada 2015) dimana negara-negara tersebut sepakat untuk mewujudkan tarif 0-5 persen utk pos impor/ekspor dalam inclusion list (IL) antara negara-negara tersebut. Gagasan ini pada dasarnya cukup baik, karena bagi kita (Indonesia) masih dapat dikatakan bersaing dengan negara-negara tsb (aplagi didukung dengan SDA yg melimpah, SDM yang murah, walaupun dengan birokrasi yang cukup njilimet) dan dapat diprediksi mendongkrak perekonomian Indonesia (baca 'Manfaat dan tantangan AFTA bagi Indonesia di situd depkeu diatas). Pada tahap ini kita dapat mengatakan prospek yang cukup baik.

Hal yang lain muncul ketika Cina menyatakan ingin bergabung kedalam prakarsa AFTA yang dibuat oleh ASEAN, dimana hal ini menyebabkan Cina juga dapat secara gratis mengekspor/impor produknya ke negara-negara ASEAN sesuai daftar IL tadi. Oleh karena itu muncullah istilah China-ASEAN FTA. Dan inilah yang sebenarnya dikhwatirkan oleh pemerintah. KENAPA?

Tentunya kita tahu bahwa produk Cina ditawarkan dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan produk Indonesia. Dengan dibukanya FTA, pasar Indonesia akan dibanjiri oleh produk-produk Cina, yang dapat menyebabkan matinya produksi dalam negri. Mari kita analisa dampak ikutannya, sbb-disederhanakan:

Produk Cina masuk (lebih murah) --> Produk Indonesia tidak bisa berjaya (lebih mahal)---> Produsen dalam negri tidak bisa mendapatkan untung bahkan balik modal untuk menjalankan usahanya terus ---> Produsen tutup ---> PHK karyawan......--> penganguran bertambah...ujung-ujungnya kemiskinan bertambah.

Inilah yang mungkin ditakutkan oleh Menko Kesra -pemerintah- kita. Wajar saja demikian, karena ada lebih dari 90 item bisnis yang termasuk ke wilayah AFTA ini (download daftarnya dari http://www.kaskus.us/showthread.php?p=148442198).

Cina tentu saja tidak hanya ingin membidik ASEAN sebagai daerah sasaran pemasaran produknya. China berjaya di negara-negara Arab dan selandia baru, tetapi belum berjaya di Eropa, AS. Dengan adanya FTA, Cina dapat merubah konstelasi perdagangan antara negara ASEAN dengan negara-negara Eropa, dan AS dalam arti kasarnya Cina dapat merebut pasar yg sebelumya dikuasai negara-negara barat terhadap negara ASEAN. Jika hal ini terjadi, negara barat pasti melakukan manuver untuk dapat bersaing dengan Cina, dan jika melihat kondisi negara barat dengan tingkat kehidupan yang tinggi, mungkin hal ini tidak dapat tercapai. Bagaimana caranya agar negara barat dapat bersaing? Ada pepatah barat berkata "If you can't fight them, join them"...kemungkinan besar negara barat juga akan membuka pasarnya, teknologinya untuk dapat bekerjasama dengan Cina. Jika hal ini terjadi, maka era globalisasi yang sebenarnya telah terjadi!

Sebagai pengusaha ataupun karwayan, seharusnya secara dini kita harus mampu mengidentifikasi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi, sehingga kita bisa mengantisipasi apabila terjadi hal diatas.
Sekedar buah pikiran saja untuk tips bertahan dari kondisi ini, sesuai yang pernah saya baca:
1. Sektor makanan dan minuman kemungkinan besar akan bertahan.
2. Usaha yang bisa bertahan adalah usaha yang mengandalkan sektor hasil bumi, tanah, seperti pertambangan: batu bara, emas, minyak, gas, panas bumi, dsb, karena hal ini terkait dengan ketersediaan dan kualitas material dimana faktor-faktor ini tidak dapat banyak ditiru, diduplikasi, dsb (terkait sepenuhnya dengan pengolahan, sumber daya)
3. Jika bergerak di bidang usaha tekstil, garment, seharusnya dilakukan/didapatkan hak cipta produk untuk menjaga agar tidak ditiru
4. Banyak melakukan inovasi, baik produk ataupun teknologi.
5. Untuk pekerja, jadilah unik (memiliki kelebihan yg tidak dimiliki oleh orang lain)
6. Untuk pekerja, be specific, sederhana, tetapi handal.

Selamat berjuang!.

Adven

Mind Deception

Now..I'm writing the note in bahasa...... Perkembangan kasus KPK dan Polri belum selesai. Dan mengikuti perkembangan itu, banyak komentar yang pro ataupun kontra terhadap salah satu pihak yg berperkara. Pendapat, fakta, rekaman, berita, bahkan sampai poling di fesbuk dijadikan sarana utk mendukung suatu opini keberpihakan, kebenaran, dan banyak lagi...bahkan saya dikirimi email yang lgsg menyatakan pendukungan pada salah satu pihak.... Itu semua sah-sah saja...kita negara demokrasi.
Kemudian muncul lagi berita paling hangat, dan mgkn global, film 2012 yg cukup menarik perhatian masyarakat Indonesia, atau bahkan dunia.... Baiklah...so...what does it all means for? apakah arti dari semua kejadian ini...atau dgn meminjam istilah teman saya...apa benang merah dari semua ini??? .... Well.. I can say that we are in a situation or age of mind deception!... Here's some clue... In communication theory, to get people to know is to give them a lot...a lot information... This is good. But in another case, in one way communication-which is what we've been through now- by considering i'm the informan, that makes me always can give you information, i can drive you through the information, i update you through the information , but also I can deceive your mind, your thought by the information..how i do that???
Human brain is magnificant, it can receive all information, any information, but the thruth is human brain tend to saturate due to many information it received, and eventually make it can't resume the info, or maybe it can, but it's tend to missed the point of the meaning!! Watch this happen when you have a stress... Jadi pada kondisi pertama (KPK &POLR), perhatikanlah akan begitu banyak informasi yg berkembang..tetapi kalau diperhatikan...semuanya hanya informasi kosong, tidak berarti, tidak menjurus, dan tidak menyelesaikan, justru memperlebar masalah...dan saya yakin...kita pasti jadi bingung, capek, atau bosan mengikutinya..karena otak kita sudah saturasi.. Ada hal yg menarik pada kondisi ini, yaitu: knp kita dibuat bingung, knp informasi di sebarkan ttp tidak jelas guna informasi itu...dan kenapa banyak sekali..!! Kesimpulannya: Saya hampir pasti, ini smua hanya akan berakhir dan berkonsentrasi pd satu orang, spt halnya kasus Munir, dan "the master mind" tdk akan tersentuh.
Kalau berbicara film 2012, simple saja kenapa film itu dibuat dan kenapa ada tahun 2012.. Pasti sering kita dengar ungkapan "you is what you are thingking". Jadi apa hubungannya??? Film itu dibuat dgn referensi ramalan suku Maya, yg notabene suku tersebut sudah lama lenyap dan penyebab lenyapnya tdk diketahui...kasus suku maya: jika saya dukun, dan saya katakan besok kiamat, maka saya bisa dgn mdh memerintahkan supaya rakyat utk berlindung di bawah tanah supaya tidak terkena bencana kiamat itu, dan pasti rakyat mau, dan setelah itu mereka tdk tahu smpai mereka mati klo kiamat tdk terjadi...pdhl semua sdh berfikiran sama...Kiamat!!. Kondisi sekarang, tdk bisa semdh suku maya dulu. Sekalipun saya presiden, kalo saya bilang kiamat besok, pst setelah berkata itu, saya di vonis gila, dan dipecat!! Lalu bagaimana mewujudkannya, supaya orang percaya dgn saya... Saya bermain dgn fikirian mereka.. Supaya maksud saya terjadi, saya harus membenamkan ke fikiran orang2 bahwa itu akan terjadi, walaupun saya tak tahu sebenarnya...tapi yg jelas orang2 berfikiran itu terjadi.. Sekarang, setelah menonton film tersebut, dgn mengetahui kajian ilmiah, dgn ini..itu...ilmiah...apakah kita mau percaya??? You are what you are thinking...kiamat tidak perlu tahun 2012, sekarang pun bisa jika pikiran kita bertindak demikian.
Setiap maksud pasti ada tujuan, dan pastinya jg dgn film tersebut...sebenarnya pada saat kita menonton atau mengetahui sesuatu informasi, kondisi "positif thinking" bisa diabaikan....karena yg berperan adalah "critical thinking"...jd hati-hati akan asumsi dan informasi yang ada... Salam kritis..hehe

THE THREE TOWERS

The way of history had wrote that the superiority of a society, group, country, and even thoughts or axioms is controlled by the three of the most importance aspects, that is:
1. Technology,
2. Economics,
3. Media or Information.

We can finds many examples of the three that is being the main aspects that made an entity superior and which made them inferior. We will see study cases for above aspects.

1. United States.
History noted, that US territory was initially an unattended territory, which was found by the great Britain sailor, Christopher Columbus. Being a country which inhabited by many people from many countries, US gets its grips of thought from many backgrounds, in science (Europe) and economics (Jews) and art (Europe ). World war II can be used as an indicator that the US will dominate the world with its technology (nuclear weapon), and also media (through an extensive propaganda methods develops). Why US manage to lead at the technology, its because US itself was using the Nazi's scientist which previously work for Hitler to develop the nuclear weapon. And since the war need a lot of supports from the citizens, and also people of the world, newspaper was used as a tools to delivered the propaganda in order to get support. After the war finished, US or even world economics was collapsed. This forced the US to mitigate a plan which made them to follow the concept of Adam Smith, economic growth through development in rill sector (housing, bridges, road, etc). Continuous improvements of the three above, made the US became as it now. We will discuss again about the effect of subprime mortage for US and its influence to the world at the next episodes.

2. Risen of Einstein Theory.
Hundreds of year peoples was set their mind in the Newton law as a reference to explain the behavior of matters when its act (the three Newtons Laws). But soon after the Einstein published his relativity law (which I called it "IT DEPENDs law"), people becomes enlighten and renew about his view against matter (intrinsically). Newton law is not able to describe the phenomena we observe in the universe, such as the perhelion advance of Mercury, or the bending of starlight near the limb of the sun.
Why Einstein able to explain that? It is because he was able to develop what so called "out of box" mindset, which made him able to explore and develop the science out of what people had thought about. This is the science development "inside" Einstein head. By working at German University (before the genocide), he was able to explore more information about the law, renew the information, check the information, analyze the information. This is the development of information. And after he stayed in US, he combined all the gathered technology/science and information he got to achieved the relativity law.
Why the economics related to all of this...well apparently, Einstein was bankrupt in financial, so by receiving money from his writing, seminar, he was able to deliver more writing, explore the science which eventually give him the relativity law.

3. Kentucky Fried Chicken (KFC).
KFC was originally founded by Colonel Harland Sanders in 1952. At the first of it work, KFC was only sells chicken in form of pieces, wraps, and sandwiches, while its primary focus is fried chicken. In technology development, KFC able to provide a quicker cooking of the chicken from iron skilled (30mnt) become pressurize fryer (which more faster then the previous one), and also types of products offered (just like what we seen now). To be able to develop its company, in financial, he have to share the cost to another parties (which is in this case he was Pete Harman, Utah), hence he was able to open the restaurant for the first time.
The media/information was spread among people in Utah, at the first stage, which made the KFC restaurant become famous in Utah, and made it available to build in another city, and even in another country, just like now.

We will see many examples for the three that rules an entity to develop or even collapse.

The conclusion is, if we want to know how the system, a company, a country, a group, or any entity develops, just look at the three factors. Find whether its developing inside the entity or not. And if not, well for my opinion, it can be guaranteed that the entity will be falls.

So what about our country, Indonesia, can you predict what is going to for tomorrow ???

But for the world itself or the universe, I can not answer. We should ask Lord Jesus.


Adven.

Feel free to have a comment in this blog. I will responds to your blogs, if its required to.
I'm quite sure that we can share a thought for the topics of this blog.